Hidup Dalam
Penyembahan Dan Persembahan
pada waktu itu, Dosa dan Kejahatan yang dilakukan manusia sudah mencapai
puncaknya, maka menyesallah Tuhan telah menjadikan manusia di bumi sehingga
Tuhan mau memusnahkan semua yang telah diciptakan-Nya (Kej 6:13). Tetapi Nuh
mendapat kasih karunia di mata Tuhan oleh karena kesalehan, kesetiaan dan ketaatannya (Kej. 6:9).
Kesalehan, Kesetiaan, dan ketaatan Nuh itu teruji, ketika dia disuruh untuk membuat sebuah bahtera, maka dia lakukan seperti yang di perintahkan Tuhan (Kej. 6:22). Lalu hujan pun turun dengan lebatnya selama 40 hari 40 malam. Selama 40 hari air itu menutupi semua permukaan bumi, 15 hasta diatas gunung yang paling tinggi, sehingga matilah semua yang hidup di permukaan bumi, demikianlah Tuhan menghapuskan semua yang ada di atas permukaan bumi (Kej. 7:12-21). Dan air itu berkuasa diatas bumi selama 150 hari (Kej. 8:3).
Sekalipun
‘air bah’ itu semakin surut dan
bahtera itu telah kandas di gunung Ararat (Kej. 8:3-4), Nuh tidak mau keluar
dari bahtera sebelum Tuhan memerintahkan. Setelah Tuhan memerintahkan, barulah
mereka keluar dari dalam bahtera itu. Sekali lagi bentuk ketaatan dan kesetiaan
di tunjukkan oleh Nuh. Bukan karena Nuh dan seisi bahtera itu ‘takut’ pada air
bah tetapi semata-mata hanya ‘takut’ (penyembahan) kepada Tuhan. Keselamatan
semua seisi bahtera itu adalah cara Tuhan untuk menunjukkan kasih sayang-Nya
terhadap dunia dan seluruh isinya, juga sebagai proses pemulihan seluruh
ciptaan Tuhan. Angkatan manusia yang jahat telah punah, angkatan yang baru akan
mulai berkarya.
Setelah keluar dari Bahtera itu, yang pertama sekali dilakukan oleh Nuh adalah mendirikan mezbah bagi Tuhan untuk memberikan persembahan korban bakaran. Suatu teladan telah diberikan oleh angkatan yang baru ini bagi dunia yang baru, yaitu; “perhatian yang berpusat kepada Tuhan”. Korban bakaran di atas mezbah bukanlah suatu bentuk suap kepada Tuhan agar Tuhan menyelamatkan dan memberkati mereka melainkan sebagai ucapan syukur atas keselamatan. Persembahan itu diberikan bukan atas niat ‘supaya’ melainkan ‘karena’ diselamatkan. Hal ini harus menjadi teladan bagi setiap orang percaya dalam hal menghadapi pergumulan dan dalam hal memberi persembahan. Dalam menghadapi pergumulan, perhatian kita harus tetap tertuju kepada Tuhan. Dalam memberi persembahan harus termotivasi oleh ungkapan syukur. Ketika Tuhan mencium bau persembahan itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.” Ini adalah bukti kasih setia Tuhan, Dia telah berjanji dengan diri-Nya, walaupun manusia penuh dengan kejahatan Dia tidak akan mengulangi memberikan hukuman yang sama. Ini adalah kabar sukacita bagi dunia ini, Tuhan yang memegang kendali dunia berjanji akan memelihara kehidupan semua ciptaan di dunia ini.
Kisah ‘air bah’ memberikan dua pelajaran kepada kita. Pertama, kisah itu mendatangkan dukacita. Dimana dosa manusia mendatangkan murka Allah. Allah yang menanti-nantikan pertobatan umatNya tidak mendapat respon positif sehingga Ia memusnahkan orang-orang berdosa itu dengan mendatangkan air bah. Memang dosa tidak pernah memberikan kebahagiaan dalam hidup, juga tidak pernah membawa kebaikan bagi kondisi alam ciptaan. Kedua, kisah itu mendatangkan sukacita, karena dibalik penghukuman Allah ada suatu pemulihan bagi manusia dan alam ciptaan. Hukuman Allah merupakan wujud kasihNya pada dunia.
Hari ini kita diingatkan : walaupun Tuhan telah berjanji tidak akan memusnahkan bumi ini dengan ‘air bah’, bukan berarti memberikan
kesempatan
bagi kita untuk hidup ‘sebebas-bebasnya’ berbuat dosa. Tuhan sudah berjanji
bahwa ‘air bah’ tidak akan datang lagi tetapi ‘api
neraka’ adalah pasti bagi mereka yang mengulangi kesalahan.
Seperti
Nuh, yang setelah turun dari bahtera, hal pertama yang dilakukannya dalam
mengawali kehidupan yang baru adalah mengucap syukur dengan memberi persembahan
yang menyenangkan hati Tuhan. Kita juga memiliki ‘bahtera keselamatan’ yaitu,
Tuhan Yesus Kristus. Kita juga diperintahkan untuk keluar ke tengah-tengah
dunia ini untuk memberi teladan baru bagi dunia yaitu memusatkan kehidupan kita
pada ‘penyembahan’ dan ‘persembahan’ bagi Tuhan dengan apa saja yang ada pada
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar